TENTANG KESABARAN DAN KEIKHLASAN
Sabar yaitu menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan
sesuatu untuk mencari keridhaan Allah. Kalau kita meReferensikan ke Al
Qur’an:
(Ar-Ra’d: 22) Dalam Islam
, sabar artinya sanggup menahan diri.
Kesusahan yang diterima tidak menyebabkan perubahan perilaku. Ikhlas
itu lebih berat dari sabar. Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari
kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Dalam Islam
, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa mengharapkan apapun dari yang lain.
Pada umumnya kita semua bisa lebih sabar, disaat kita di uji Allah
dengan hal yang menyenangkan, tapi saat kita di uji Allah dengan ujian
yang tidak menyenangkan, seperti ujian kesulitan, ujian kehilangan dan
atau musibah maka kebanyakan dari kita, akan merasa begitu sulit
menerimanya dan sulit untuk bisa sabar.
Ujian kesulitan, ujian kehilangan, kekurangan musibah,
penyakit, kemiskinan, adalah perkara biasa yang dihadapi oleh manusia
selama hidup di dunia ini. Perhatikan firman Allah
SWT berikut ini
“ Dan sungguh akan Kami berikan
cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah
yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah [2] : 155-157).
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?
(QS. Al ‘Ankabuut [29] : 2)
Karena sesungguhnya dengan adanya musibah, maka seorang hamba akan mendapatkan pengampunan dari Allah
SWT. Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut ini:
“
Tak seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semisal
tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian
itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan
dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.”
(HR Bukhari dan Muslim).
Ketahuilah dan yakinlah, bahwa sesungguhnya dalam setiap cobaan
berat yang Allah SWT berikan untuk kita, maka ada hikmah dan pahala
yang besar yang menyertainya. Seperti sabda Rasulullah
SAW,
“Sesungguhnya pahala yang besar itu, bersama dengan cobaan
yang besar pula. Dan apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan
menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha maka Allah akan
ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang murka, maka murka pula yang akan
didapatkannya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam as-Shahihah [146]).
Rasulullah SAW bersabda : “Tiada henti-hentinya cobaan akan
menimpa orang mukmin dan mukminat, baik mengenai dirinya, anaknya, atau
hartanya sehingga ia kelak menghadap Allah SWT dalam keadan telah bersih
dari dosa
(HR. Tirmidzi).
Rasulullah
SAW bersabda,
“Tidaklah seseorang mendapatkan pemberian yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita harus rela menerima segala ketentuan Allah dan
menyadari bahwa apapun yang terjadi, sudah ditetapkan Allah SWT dalam
Lauhul Mahfuzh. Kita wajib menerima segala ketentuan Allah dengan penuh
keikhlasan. Allah SWT berfirman :
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan
pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul
Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah.”
(QS al-Hadid [57] : 22)
Apabila kita ditimpa musibah baik besar maupun kecil, sebaiknya kita mengucapkan: “
Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun
(sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya-lah kami
kembal). ini dinamakan dengan kalimat istirja’ (pernyataan kembali
kepada Allah SWT). Kalimat istirja’ akan lebih sempurna lagi jika
ditambah, setelahnya dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW
sebagai berikut :
“Ya Allah, berilah ganjaran atas musibah yang menimpaku dan
gantilah musibah itu yang lebih baik bagiku.” Barangsiapa yang membaca
kalimat istirja’ dan berdo’a dengan doa di atas niscaya Allah SWTakan
menggantikan musibah yang menimpanya dengan sesuatu yang lebih baik.
(Hadits riwayat Al Imam Muslim 3/918 dari shahabiyah Ummu Salamah.)
Rasulullah
SAW bersabda,
“Apabila
ada anak salah seorang hamba itu meninggal maka Allah bertanya kepada
malaikat-Nya, ‘Apakah kalian mencabut nyawa anak hamba-Ku?’. Maka mereka
menjawab, ‘Ya.’ ‘Apakah kalian telah mencabut nyawa buah hati
hamba-Ku?’. Maka mereka menjawab ‘Ya.’ Lalu Allah bertanya, ‘Apa yang
diucapkan oleh hamba-Ku?’. Mereka menjawab, ‘Dia memuji-Mu dan
beristirja’ -membaca innaa lillaahi dst-..’ Maka Allah berfirman,
‘Bangunkanlah untuk hamba-Ku itu sebuah rumah di surga, dan beri nama
rumah itu dengan Bait al-Hamd.’.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam as-Shahihah [1408]).
Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini
“Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya
semua urusannya adalah baik. Dan hal itu tidak akan diperoleh kecuali
oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan, maka dia
bersyukur. Maka hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia
tertimpa kesusahan maka dia bersabar. Maka itu juga merupakan kebaikan
baginya.” (HR. Muslim)
Setiap amalan akan diketahui pahalanya kecuali kesabaran,
karena pahala kesabaran itu, tanpa batas. Sebagaimana firman Allah SWT
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan ganjaran/pahala mereka tanpa batas.”
(QS Az Zumar: 10)
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan, yang bila
kita renungkan dan pahami dengan sebaik-baiknya, insya Allah bisa
membuat kita semua bisa sabar dan ikhlas dalam menghadapi ujian-Nya yang
paling berat sekalipun :
- Kita harus percaya pada jaminan Allah bahwa :
”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS Al Baqarah [2] : 286).
Allah SWT yang memiliki diri kita, sangat
tahu kemampuan kita, jadi tidak akan mungkin Allah memberikan ujian yang
melebihi batas kemampuan kita.
- Sebenarnya, kita semua pasti mampu untuk bisa sabar dalam segala ujian dan segala keadaan, asalkan kita kuat iman.
- Coba kita
tanyakan pada diri kita, saat kita ditimpa suatu ujian kesulitan,
kesedihan dan atau kehilangan, apa manfaat yang bisa kita ambil
kalau kita tidak sabar dan tidak mengikhlaskannya? Apakah dengan
”tidak sabar” dan ”tidak ikhlas” nya kita, maka bisa menghadirkan
kenyamanan untuk kita? Atau bisa membuat ujian tersebut tidak jadi
datang atau tidak jadi menimpa kita? Sekarang mari kita pikirkan
kembali, kita sabar atau tidak sabar, ikhlas atau tidak ikhlas,
ujian kesulitan / kesedihan atau musibah tetap terjadi dan menimpa
kita kan? Jadi lebih baik kita terima dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan. Bila kita bisa sabar dan ikhlas menerimanya, maka insya
Allah, tidak akan terasa berat lagi ujian tersebut, percayalah. Dan
ingat, dalam sabar, terkandung ridha Allah SWT. Dan ridha Allah
SWT terhadap kita, adalah segalanya.
- Kita harus
selalu baik sangka kepada Allah SWT dan jangan pernah sekalipun
meragukan dan mempertanyakan keputusan, ketetapan, pengaturan dan
ketentuan Allah. Kita harus bisa sabar dan ridha terhadap apapun
keputusan, ketetapan dan pengaturan-Nya. Kalau kita masih merasa
tidak puas dengan semua keputusan, ketetapan, pengaturan dan
ketentuan Allah itu, maka cari saja Tuhan selain Allah. Perhatikan
firman-Nya dalam hadits Qudsi :
”Akulah
Allah, tiada Tuhan melainkan Aku. Siapa saja yang tidak sabar menerima
cobaan dari-Ku, tidak bersyukur atas nikmat-Ku dan tidak ridha dengan
ketentuan-Ku, maka bertuhanlah kepada Tuhan selain Aku.” (hadist ini diriwatkan oleh al-Thabrani dalam Al-Mu’jam al-Kabir melalui jalur Abu Hind al-Dari)
- Kita baru akan merasa
kehilangan apa yang kita miliki, jika benar benar telah
kehilangannya. Oleh karenanya pergunakan waktu kita. Untuk masalah
keluarga “Kasih Sayang harus terasa dan tercurah betul didalamnya”.
Mengalah saja kita. Contoh : Kita pasti sering juga berselisih
paham dgn OrTu. Jangan dijadiin kesel berlebihan. Pikirkan, Jika
salah satu dari orTu sudah tiada, Hal seperti inilah yang akan kita rindukan. Percayalah.
Karena itu, marilah kita sabar dan ikhlas dalam segala
keadaan, yakinlah bahwa janji Allah pasti benar. Percayalah, sabar dan
ikhlas, akan membuahkan kebahagiaan hidup. Atau merasa masih belum
cukup? Ok. Kita buka lagi hati kita. Jika kita kehilangan sesuatu, apa
yang bisa kita tarik sebagai pelajaran? Nah, Silahkan membaca point
point dibawah ini. Kehilangan mengajarkan beberapa hal penting yaitu:
1. Mengajarkan bahwa dunia itu semu
Dunia itu fana. Alam
materi yang saat ini kita rasakan tidaklah kekal. Harta, Jabatan, Usaha,
Pasangan, Saudara, Semua. Hanya masalah waktu saja sebelum kehilangan
itu terjadi. Betapa keras usaha kita untuk mempertahankannya suatu saat
pasti akan juga hilang dari genggaman. Dengan menyadari dunia itu semu,
sudah semestinya kita mengejar sesuatu yang kekal: Akhirat!
2. Mengajarkan tentang Siapa Pemilik Sejati
Dengan menyadari bahwa semua yang ada pada kita adalah titipan (amanah)
dari Allah maka ketika titipan tersebut diambil oleh Allah kita akan
merasa lebih lapang dada.
3. Mengajarkan kita untuk bersyukur
Kadang kita baru menyadari betapa berharganya sesuatu atau seseorang
bagi diri kita ketika ia hilang Jika kita masih memiliki anggota tubuh
yang lengkap maka bersyukurlah dengan menggunakannya untuk beramal baik
pada setiap kesempatan. Cobalah untuk membayangkan jika besok kita
kehilangan mata kita? kira-kira apa yang akan kita lakukan sekarang?
Mungkin ketika kita menjadi buta barulah kita akan berkata “seandainya
aku masih bisa melihat sekarang maka aku pasti akan membaca Al Quran
setiap hari walau satu ayat.”
4. Peringatan
Saya pernah
membaca sebuah kisah nyata. Ada seseorang yang menabung untuk naik haji.
Lalu, ketika uang sudah terkumpul cobaan datang. Ia ditawari oleh
seseorang untuk menanamkan modal dalam suatu bidang usaha yang
keuntungannya begitu menggiurkan. Akhirnya uang yang tadinya diniatkan
untuk membiayai ongkos naik haji tersebut malah dipakainya untuk
investasi. Karena ia berpikir jika nanti ia mendapat keuntungan dari
usaha tersebut maka uangnya bisa dipakai juga untuk ongkos naik haji.
Namun, tidak lama berselang usaha tersebut habis terbakar.
Jadi ternyata kehilangan juga bisa menjadi suatu peringatan akan kekhilafan yang kita lakukan.
5. Cobaan
Kembali lagi. Kehilangan tak jarang merupakan suatu cobaan yang dapat menghapuskan dosa-dosa jika kita bersabar.
Adakah pelajaran lain yang kita tangkap dari “sebuah kehilangan?” Sekarang perbanyak dalam hal “Bersyukur”.
Yup..Perbanyak ucapan bersyukur hindari mengeluh, dan Sabarlah serta
Ikhlaskan diri kita agar berjalan beriringan dengan ketetapan Nya. Tidak
mudah memang untuk sabar dan ikhlas, butuh proses. Laa Tahzan. Oleh
karena nya kita ajak Allah untuk selalu menerangi jalan kita yuk.. Bismi
all
aahi
alrra
hm
aani
alrra
hiim
i.
Pada umumnya kita semua bisa lebih sabar, disaat kita di uji Allah
dengan hal yang menyenagkan, tapi saat kita di uji Allah dengan ujian
yang tidak menyenangkan, seperti ujian kesulitan, ujian kehilangan dan
atau musibah maka kebanyakan dari kita, akan merasa begitu sulit
menerimanya dan sulit untuk bisa sabar.
Ujian kesulitan, ujian kehilangan, kekurangan musibah, penyakit,
kemiskinan, adalah perkara biasa yang dihadapi oleh manusia selama hidup
di dunia ini. Perhatikan firman Allah
SWT berikut ini “ Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji’uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS. Al-Baqarah [2] : 155-157).
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
“Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. Al ‘Ankabuut
[29] : 2)
Ketahuilah, sabar akan sangat sulit dilakukan, apabila kita tidak
mampu menyadari, bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, pada
hakikatnya hanyalah ujian. Harta yang kita miliki, karir yang bagus,
rumah dan mobil mewah yang kita miliki, anak dan keluarga, itu semua
adalah ujian dari Allah dan titipan Allah. Apakah kita bersyukur atau
menjadi kufur?
Kita harus memahami dengan sebaik-baiknya bahwa Allah lah pemilik
yang sebenar-benarnya atas segala sesuatu apapun yang kita miliki di
dunia ini. Dengan menyadari bahwa semua yang kita miliki sebenarnya
adalah milik Allah dan titipan Allah, maka begitu Allah mengambilnya
dari kita, insya Allah kita akan lebih mudah merelakannya. Karena kita
menyadari, bahwa semua itu adalah milik Allah dan titipan Allah. Dan
yang namanya titipan, suatu saat nanti memang pasti akan kembali pada
pemiliknya, kapanpun pemiliknya menghendaki apa yang dititipkan kembali
atau mau mengambilnya dari kita, maka kita harus dengan rela
memberikannya.
Jadi, jangan menjadi stres, terpukul dan merasa kehilangan yang
sangat berat, apabila kemarin kita masih punya mobil, sekarang sudah
tidak lagi, jangan stres dan bersedih hati apalagi sampai meratapi
nasib, apabila bulan kemarin usaha kita masih sukses, sedangkan sekarang
kita mengalami kegalalan yang besar.
Karena sesungguhnya dengan adanya musibah, maka seorang hamba akan mendapatkan pengampunan dari Allah
SWT. Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut ini: “
Tak
seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semisal tusukan duri atau yang
lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan
perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon
kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Ketahuilah dan yakinlah, bahwa sesungguhnya dalam setiap cobaan berat
yang Allah SWT berikan untuk kita, maka ada hikmah dan pahala yang
besar yang menyertainya. Seperti sabda Rasulullah
SAW,
“Sesungguhnya pahala yang besar itu, bersama dengan cobaan yang besar
pula. Dan apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan menimpakan
musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha maka Allah akan ridha
kepadanya. Dan barangsiapa yang murka, maka murka pula yang akan
didapatkannya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam
as-Shahihah [146]).
Rasulullah SAW bersabda : “Tiada henti-hentinya cobaan akan menimpa
orang mukmin dan mukminat, baik mengenai dirinya, anaknya, atau
hartanya sehingga ia kelak menghadap Allah SWT dalam keadan telah bersih
dari dosa (HR. Tirmidzi).
Rasulullah
SAW bersabda,
“Tidaklah seseorang mendapatkan pemberian yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita harus rela menerima segala ketentuan Allah dan
menyadari bahwa apapun yang terjadi, sudah ditetapkan Allah SWT dalam
Lauhul Mahfuzh. Kita wajib menerima segala ketentuan Allah dengan penuh
keikhlasan. Allah SWT berfirman : “Tiada suatu bencana pun yang menimpa
di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab
(Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian
itu adalah mudah bagi Allah.” (QS al-Hadid [57] : 22)
Apabila kita ditimpa musibah baik besar maupun kecil, sebaiknya kita mengucapkan: “
Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun
(sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya-lah kami
kembal). ini dinamakan dengan kalimat istirja’ (pernyataan kembali
kepada Allah SWT). Kalimat istirja’ akan lebih sempurna lagi jika
ditambah, setelahnya dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW
sebagai berikut :“Ya Allah, berilah ganjaran atas musibah yang menimpaku
dan gantilah musibah itu yang lebih baik bagiku.” Barangsiapa yang
membaca kalimat istirja’ dan berdo’a dengan doa di atas niscaya Allah
SWTakan menggantikan musibah yang menimpanya dengan sesuatu yang lebih
baik. (Hadits riwayat Al Imam Muslim 3/918 dari shahabiyah Ummu
Salamah.)
Rasulullah
SAW bersabda,
“Apabila ada anak salah seorang
hamba itu meninggal maka Allah bertanya kepada malaikat-Nya, ‘Apakah
kalian mencabut nyawa anak hamba-Ku?’. Maka mereka menjawab, ‘Ya.’
‘Apakah kalian telah mencabut nyawa buah hati hamba-Ku?’. Maka mereka
menjawab ‘Ya.’ Lalu Allah bertanya, ‘Apa yang diucapkan oleh hamba-Ku?’.
Mereka menjawab, ‘Dia memuji-Mu dan beristirja’ -membaca innaa lillaahi
dst-..’ Maka Allah berfirman, ‘Bangunkanlah untuk hamba-Ku itu sebuah
rumah di surga, dan beri nama rumah itu dengan Bait al-Hamd.’.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam
as-Shahihah [1408]).
Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini :
“Sungguh
mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah
baik. Dan hal itu tidak akan diperoleh kecuali oleh seorang mukmin.
Apabila dia mendapatkan kesenangan, maka dia bersyukur. Maka hal itu
merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia tertimpa kesusahan maka dia
bersabar. Maka itu juga merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Setiap amalan akan diketahui pahalanya kecuali kesabaran, karena
pahala kesabaran itu, tanpa batas. Sebagaimana firman Allah SWT
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan
ganjaran/pahala mereka tanpa batas.” (Az Zumar: 10)
Karena itu, marilah kita sabar dan ikhlas dalam segala keadaan,
yakinlah bahwa janji Allah pasti benar. Percayalah bahwa kesabaran dan keikhlasan itu akan membuahkan kebahagiaan hidup.