DIMANAKAH BERADA
Sujudku kepada-Mu Ya Allah. Terima kasih
atas segala apa yang Engkau berikan padaku. Tak terasa waktu sholat subuh
masuk. Azan subuh berkumandang. Kumulai pagi ini dengan sholat subuh, kemudian
kuambil Al Quran untuk mengaji. Hati tentram rasanya.
“Alhamdulillah. Bismillah” ujarku.
Masak itulah pekerjaan yang kulakukan
setiap pagi, kemudian menyapu, dan membersihkan rumah. Mandi, berpakaian, lalu
makan. Setelah itu kutinggalkan rumah kontrakan ini ini untuk berangkat kerja. Mengendarai
motor motor pemberian almarhum Ayah ke tempat kerja. Kalau tidak dikasi Ayah
mungkin aku tak punya kendaraan, rumah saja masih kontrak.
Jumat dan Sabtu kuliah ke kota. Capek itu
yang kurasakan. Usiaku sudah tak muda lagi siudah berumur lebih dari tiga puluh
tahun. Paling malas kalau ke kondangan atau pulang ke rumah orang tua di
provinsi lain sekitar 14 jam dari tempatku sekarang, pasti yang ditanya “Kapan
ngundang?” atau terkadang menyalahkan aku karena belum menikah “ Itulah terlalu
milih, jadi belum dapat jodoh”
Hanya pada-Mu Allah aku memohon yang
terbaik, jangankan jodoh jam tangan saja hilang padahal baru beli, mungki belum
rezeki. Atau ditinggal menikah oleh calon suami, padahal berharap itu jodohku.
Mungkin bukan yang terbaik untukku. Impian terbesarku hanya ingin membahagiakan
Ibuku itu saja. Moga Allah memberi keluasan rezeki untukku agar bisa melunasi
semua hutangku. Moga orang orang yang berhutang denganku dimurahkan rezeki dan
melunasi hutangnya. Sedih ketika meminjam cepat, pas giliran bayar susah
ditagih.Kapan aku punya rumah di tempatku kuliah plus ada orang yang menjadi asisten rumah tanggaku jadi tak repot bila kuliah harus menginap dimana. Terus mempunyai rumah sendiri untuk tempat tinggalku jadi tak perlu mengontrak rumah. Mobil biar tak kehujanan plus yang menyupirnya, moga bisa menyetir mobil.
Aku pasrah pada-Mu Ya Allah. Wahai calon
suamiku yang akan menjadi suamiku dan imamku, serta Bapak anak-anakku nanti
dimanakah dirimu berada, kapan melamar dan menikah denganku. Ya Allah siapa
jodohku? Berikan yang terbaik untukku. Aku ingin menjalankan semua perintah-Mu
dan menjauhi semua larangan-Mu. Aku yaki banyak dosa yang kulakukan. Allah ampuni
semua dosaku. Jika sekiranya aku pernah bersalah, membuat orang kesal atau marah
dan menyakiti orang lain, mohon
dimaafkan. Ibu jika aku pernah berbuat salah padamu, maafkan anakmu ini. Moga
Allah mengampuni semua dosa kedua orang tuaku. Moga Ayah masuk surga. Almarhum
Ayah aku berusaha mewujudkan cita-citamu yang belum kesampaian.
Ya Allah moga surat izin belajarku keluar
begitu juga Skku segera keluar dan aku pindah dari sini, minimal satu provinsi
dengan keluargaku di sana, aku tak ingin sendiri, aku ingin dekat keluarga. Ya allah
aku tak sanggup lagi dan tak kuat lagi, ketika tak ada lagi orang yang
menghargai usaha dan kejra keras aku selama ini. Aku berlatih selama ini
sia-sia, ternyata kenyataan tak seindah bayangan. Orang baru bisa menyalip dan
aku tertinggal jauh ke belakang, aku jatu dan sulit bangun. Tak ada lagi harapan
yang bisa menguatkan aku.
Setiap hari aku hanya bisa memandang foto
yang kuambil dari koran dan kutempelkan ke sebuah buku. Apa saja yang menjadi
impianku. Mulai dari foto penganten, mempunyai keturunan (ingin mempunyai anak
kembar minimal tiga yaitu 2 laki-laki dan 1 perempuan) rumah, mobil sampai
Mekkah. Yaps ingin pergi haji dan umroh bersama Ibuku.
Sakit ini tak kunjung sembuh. Mulai
dikatakan oleh beberapa orang aku kena guna-guna sampai kena racun, berbagai
macam pengobatan kujalani, mulai tradisional hingga medis, namun belum juga
sembuh. Pasrah.
Kapan aku bisa terlepas dari orang yang
mengejar-ngejarku. Aku tak cinta karena dia tak seperti bayanganku dan
impianku, agama Islamnya kurang, tidak bisa membaca Al Quran, bagaimana mungkin
menjadi imam yang baik bagiku, tidak berpendidikan. Keluarganya memaksa. Ya Allah tolong aku. Aku lelah menanti jodoh tepat
yang tak kunjung datang.
Dipikiranku, mengapa Allah tidak mencabut
nyawaku saja, aku tak kuat lagi hidup. Aku merasa sebatang keluarga di negeri
ini. Sholat saja belum bener, dosa saja banyak, pekerjaan tak selesai-selesai,
hutang-hutang belum lunas.
Tak terasa tahun 2015 akan segera
berakhir dan diganti tahun 2016. Tahun Hijriyah saja sudah 1437 H. Namun belum
juga menikah. Kuliah belum kelar, tugas makalah belum selesai, dosen-dosen pada
marah, padahal kuliahnya jauh. Pekerjaan kantor tak beres karena banyak yang
harus diselesaikan, rumah tak terurus, halaman rumah rumput mulai tinggi, tak
sempat mengurusi itu semua. Allah... Allah... Tolonglah... Mungkin banyak orang
tertawa melihat penderitaanku ini, aku teraniaya, tertekan. Uangku tak cukup,
entahlah apa aku bisa bertahan. Pikiranku kusut.
Aku bukannya tak bersyukur, namun aku lelah Ya Allah,