INGATLAH SEBAGAI MANUSIA KITA WAJIB BERUSAHA
Di dalam Islam
menuntut setiap manusia itu bekerja, berusaha mencari rezeki untuk
dirinya, keluarganya dan juga untuk kedua orang tuanya yang tidak mampu
lagi untuk bekerja. Selain itu Islam juga menyatakan bahwa kerja, usaha, atau bisnis yang
halal itu adalah merupakan tugas yang diamanahkan oleh Allah kepada seorang manusia. Maka apabila ia menjalankan tugasnya
ataupun bekerja, dengan sendirinya berarti, bahwa ia juga
sedang menunaikan amanah Allah. Dengan kata
beribadat. Karena tujuan hidup manusia di muka bumi ini tidak lain
hanya untuk beribadah kepada Allah SWT saja. Sebagaimana
Allah SWT sudah menjelaskan kepada manusia dalam
firmanNya:
” Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. 51:56)
Maka
menurut Islam setiap kerja yang diredhai oleh Allah dan disertai
dengan niat adalah ibadat. Oleh sebab itu setiap insan hendaklah
menyadari dan menghayati bahwa setiap kegiatannya menjalankan kerja
yang halal adalah wajib baginya dan kegiatannya itu sekiranya dimulai
dengan niat, hendaklah dianggap sebagai ibadat. Bahkan Nabi Muhammad
S.A.W bersabda:
“Barangsiapa bekerja untuk anak isterinya melalui jalan yang
halal, maka bagi mereka pahala seperti orang yang berjihad di jalan
Allah.” (Riwayat Al- Bukhari)
Selain dari itu Rasulullah S.A.W. juga bersabda:
“Mencari kerja yang halal itu adalah fardhu selepas fardhu”. (Riwayat Al- Baihaqi)
Dorongan
Islam kepada umatnya untuk berusaha mencari rezeki supaya kehidupan
mereka menjadi baik dan menyenangkan. Allah SWT menjadikan langit, bumi,
laut dan apa saja untuk kepentingan dan manfaat manusia. Manusia
hendaklah mencari rezeki yang halal. Firman Allah dalam surah An-Naba
,78 :10-11 :
“dan Kami jadikan malammu sebagai pakaian”, (QS. 78:10)
Di
samping itu kita juga harus mengetahui bahwa setiap tugas atau kerja
yang diberi oleh Allah kepada seseorang itu adalah menurut kemampuan
orang tsb. Allah SW telah menyebutkan:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan apa yang terdaya olehnya”. (Al-Baqarah : 286)
Ketahuilah sebagai manusia kita harus berusaha dan terus usaha walau apapun hasilnya.Terkadang kita pasti merasakan kegagalan diawal usaha kita, namun tak jarang memperoleh keberhasilan.
Dan tidak ada alasan bagi seseorang pekerja itu untuk
mengeluh dan mengatakan bahwa tugasnya terlalu berat dan sukar. Karena
si pekerja itu sendirilah yang menginginkan pekerjaan tsb. Disamping itu
setiap manusia hendaklah insaf bahwa menurut ajaran Islam setiap
kegiatan kita di dunia ini akan diperhitungkan di akhirat nanti
sebagaimana firman Allah:
“Tiap-tiap diri bertanggungjawab terhadap apa yang telah diperbuatnya”. (QS. Al-Muddaththir : 38)
Dari
beberapa ayat tersebut diatas jelaslah bahwa mencari rezeki dianjurkan dalam
Islam dalam rangka untuk mendapatkan kehidupan yang baik dan layak,
sepanjang usaha yang dilakukan orientasinya adalah untuk ibadah pada
Allah SWt. Dengan arti kata bahwa apa saja bentuk usaha yang kita
lakukan jangan sampai melanggar nilai-nilai Islam, karena kalau
terlanggar nilai nilai Islam tersebut, dan jangan sampai terlupakan hal- hal
yang bersifat fardhu, maka ibadah kepada Allah SWT tak akan terpenuhi,
sehingga usaha kita itu menjadi sia-sia belaka. Sehingga refleksi akhir
dari sebuah ibadah adalah menjadi manusia yang bertakwa hanya kepada
Allah SWT.
Dalam
keadaan ekonomi semakin sulit manusia berupaya untuk memenuhi segala
bentuk kebutuhan hidup dengan berbagai cara. Beraneka ragam usaha,
pekerjaan ataupun bisnis, yang dilakukan manusia pada saat ini dalam
upaya untuk mencari rezki, untuk meningkatkan pola hidup, dan bermacam
lapangan pekerjaan lainnya. Kita bisa lihat secara nyata dilingkungan
kita sendiri, perkembangan bisnis, kerja atau usaha apa saja dilakukan
oleh manusia yang penting ada tambahan pendapatan keluarga.
Selasa, 30 Desember 2014
Selasa, 23 Desember 2014
INSYA ALLAH TAHUN BARU LEBIH BAIK
Tak terasa tahun 2014 akan berakhir dan akan memasuki tahun 2015.
Sungguh
beruntung bagi orang-orang yang telah memanfa’atkan peluang yang diberikan
Allah selama setahun lalu untuk meraih prestasi, meningkatkan kualitas
penghambaan diri kepada Allah.
Kita semua berharap kualitas
keimanan kita tahun ini lebih baik dari pada tahun lalu. Peningkatan
kualitas keimanan itu tidak mungkin terdeteksi tanpa monitoring dan
evaluasi secara kontinyu melalui muhasabah (introspeksi).
Untuk itu mari kita sempatkan
diri untuk merenung, melakukan muhasabah. Sifat-sifat jelek yang masih
ada perlu dicatat, diingat-ingat untuk dipikirkan bagaimana cara
mehilangkannya.
Kelemahan dan
kekurangan perlu diidentifikasi dan dicermati untuk dicarikan solusi.
Sedang kebaikan, kekuatan, dan keberhasilan yang sudah dianugerahkan
Allah selama setahun lalu perlu disyukuri dengan meningkatkan
intensitas amal dan mengembangkannya sehingga lebih banyak orang yang
bisa mengambil manfa’at.
Perlu senantiasa diingat, bahwa
semua amal meskipun sebesar dzarrah harus dipertanggungjawabkan di
hadapan Allah. Maka tidak mengherankan bila sahabat Rasulullah SAW yang
terkenal wara’ yakni Umar bin Khaththab pernah berpesan, “Haasibuu
anfusakum qabla an tuhaasabuu.” (Hisablah diri kalian sebelum kalian
dihisab).
Bila terlanjur mati dan dihisab
di negeri akhirat manusia tidak punya kesempatan lagi untuk bertaubat
dan memperbaiki diri. Senyampang usia masih dikandung badan, Allah
masih beri kesempatan untuk melakukan mawas diri, mari kita
manfa’atkan kesempatan akhir dan awal tahun baru ini untuk melakukan
instrospeksi untuk memperbaiki diri.
Waktu yang relatif panjang,
satu tahun atau 365 hari berlalu begitu saja tanpa kita sadari. Usia
kita hidup di dunia telah berkurang satu tahun. Artinya ajal telah
lebih dekat kepada kita selama satu tahun dan kita telah kehilangan
kesempatan untuk beramal selama satu tahun.
Sungguh mengherankan
orang-orang yang merayakan ulang tahun dengan berpesta-pora, berdansa
dansi, dan ketawa ketiwi di restorant mewah dan di hotel yang megah.
Mereka lupa bahwa ajalnya semakin dekat, sehingga lupa pula
mempersiapkan diri menyambut kedatangan malaikat maut mencabut nyawa
mereka.
Padahal apabila sang pencabut
nyawa datang, mata mereka akan terbelalak, badan mereka akan menggigil
ketakutan, nyali mereka akan menciut, harapan untuk hidup menjadi
kecut. Bila telah tiba saatnnya, maka kematian itu tidak bisa
dimajukan dan tidak bisa pula diundurkan.
قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلا نَفْعًا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُونَ
Katakanlah: “Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak
(pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki
Allah”. tiap-tiap umat mempunyai ajal[696]. apabila telah datang ajal
mereka, Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan
tidak (pula) mendahulukan(nya).[QS. Yunus : 49]
Bahkan taubat yang dilakukan saat kedatangan maut itu tidak diterima Allah.
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الآنَ وَلا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
Dan tidaklah taubat
itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang)
hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka,
(barulah) ia mengatakan : “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. dan
tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di
dalam kekafiran. bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang
pedih.[QS An-Nisaa' : 18]
Saudaraku, kematian itu
datangnya sudah pasti, tidak ada yang meragukannya lagi, maka mari kita
mempersiapkan bekal untuk menghadapinya. Allah SWT menyeru
orang-orang beriman untuk bertaqwa dan mempersiapkan bekal untuk hari
esok.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.[QS Al-Hasyr : 18]
Mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal di negeri akhirat dan sebaik-baik bekal adalah taqwa.
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلا رَفَثَ وَلا فُسُوقَ وَلا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi[122], Barangsiapa
yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka
tidak boleh rafats[123], berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam
masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan,
niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik
bekal adalah takwa[124] dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang
yang berakal.[QS Al-Baqarah : 197]
Kapan lagi untuk bertaqwa kalau
tidak sekarang. Di belakang kematian mengejar kita tanpa mengenal
lelah dan tanpa mengenal waktu. Sedangkan di depan kuburan dengan
sabar menanti jasad kita. Faaina tadzhabuun? [QS At-Takwir : 26]
Hari demi hari ,bulan demi bulan, tahun
demi tahun tidak terasa kita lewati, serasa hidup ini begitu cepat untuk
kita rasakan dan kita lewati, yang dulu anak-anak sekarang sudah punya
anak, yang dulu dewasa sekarang beranjak tua, dan yang dulu tua sekarang
beranjak pikun dan menghadapi masa sangat tua.
Diakhir tahun ini kita jadikan momentum
diri untuk mengevaluasi (Muhasabah) diri sejauh mana kehidupan kita
dapat bermanfaat bagi dirikita, ataupun orang lain serta sejauh mana
kedekatan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa.selain itu juga sebagai
momentum diri sejauh mana kesuksesan target kita dalam mencapai impian
kita.
Kita ketahui masa lalu adalah masa yang
kita lalui yang merupakan cerminan,pembelajaran dirikita dimana masa
sulit,masa senang yang pasti kita lalui apakah tahun ini lebih baik dari
tahun kemaren, seperti dalam agama Islam
“Barang siapa yang hari ini, tahun ini lebih baik dari hari dan tahun yang lalu, dialah orang yang sukses, tapi siapa yang hari dan tahun ini sama hari dan tahun kemarin maka dia orang yang tertipu, dan siapa yang hari dan tahun ini lebih buruk dairpada hari dan tahun kemarin maka dialah orang yang Merugi”
Langganan:
Postingan (Atom)