BENCANA ALAM YANG TERJADI DI INDONESIA DILIHAT MELALUI SUDUT PANDANG AL QURAN
Sebelum membahas topik ini harus kita ketahui apa arti musibah. Kata
musibah itu dalam Al Quran berarti sesuatu yang menimpa manusia, baik
berupa hal yang positif maupun yang negatif. Namun, dalam
perkembangannya, kata musibah itu lebih berat pada konotasi negatif,
yang sering diartikan bencana, padahal, jika kita kembalikan secara
arti dari katanya, tidak selalu musibah itu berarti bencana, namun apa yang
menimpa manusia, baik itu yang berdampak positif maupun negatif...
Dalam konteks musibah
yang dimaknai dengan bencana, kita bisa menemukan dalam Al Quran
beberapa kata yang berhubungan dengan bentuk bencana. Bentuk bencana
yang menimpa manusia bisa berupa banjir, angin yang kencang, wabah
penyakit, gempa bumi, dan lain sebagainya. Dalam kepentingannya
(terjadinya semua itu), semua itu adalah musibah bagi manusia.
Musibah yang menimpa Indonesia dengan baik itu banjir, gempa bahkan gunung meletus, bisa kita jelaskan kedudukannya melalui Al Quran.
Gempa
bumi, adalah salah satu musibah yang menimpa manusia. Dalam Al Quran,
kita bisa menemukan kata yang berkaitan dengan gempa bumi melalui
beberapa ayat ;
“Maka mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka”. (QS : 29 : 37)
“Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka,” (QS : 7: 91)
“Kemudian
mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap
perintah Tuhan. Dan mereka berkata: "Hai Shaleh, datangkanlah apa yang
kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang
yang diutus (Allah)." Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka”. (QS : 7 :77-78)
“Dan
Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohonkan taubat
kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Maka ketika mereka digoncang gempa bumi,
Musa berkata: "Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau
membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami
karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu
hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa
yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau
kehendaki. Engkaulah Yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah
kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya." (QS : 7 :
155)
Melalui ke-empat ayat diatas bisa kita simpulkan bahwa musibah yang Allah berikan bagi manusia terbagi menjadi dua bagian, Yang pertama ia adalah adzab, sedangkan yang kedua ia adalah ujian.
Adzab,
Allah timpakan bagi mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah,
sebagaimana ayat diatas, yaitu kaum Nabi Syu’aib (QS : 29 : 37) dan Kaum
Nabi Sholeh (QS : 7 :77-78) yang mendustakan para utusan Allah.
Sedangkan ujian adalah sebagaimana kaum yang di utus oleh Nabi Musa
untuk bertaubat (QS : 7 : 155).
Kita Lihat Fakta dari kaum terdahulu
Banyak sekali bisa kita temukan ayat
dalam Al Quran yang memberikan pelajaran kepada kita tentang hal ini.
Jika kita perhatikan, dari sejarah kaum-kaum terdahulu, ada hal menarik
yang bisa ambil satu kesimpulan.
Allah tidaklah akan menurunkan adzab-Nya
langsung (melalui berbagai mekanisme seperti bencana alam, banjir,
angin kencang, gempa, dll) kecuali pasti sebelumnya Allah telah mengutus
para pemberi peringatan kepada satu kaum atas berbagai macam
pelanggaran yang telah mereka lakukan, agar mereka kembali kejalan yang
di-ridhoi Allah.
Fakta
sejarah dari kaum terdahulu, seperti kaum Nuh, Kaum ‘Aad, Kaum Tsamud,
Fir’aun, dll, memberikan pelajaran kepada kita tentang hal ini. Adzab
itu barulah akan diturunkan ketika mereka telah betul-betul melampaui
batas dari aturan yang Allah berikan melalui ajaran agama), dan
mendustakan para utusan Allah (para Nabi dan Rasul-Nya), dan kemungkaran
tersebut telah mendominasi satu kaum (atau dalam satu
kaum tersebut, lebih banyak orang yang ingkar, kufur dari pada mereka
yang sholeh). Dengan demikian, maka Allah ‘langsung turun tangan’ untuk memberikan pelajaran kepada mereka, dengan memberikan idzin terjadinya sebuah bencana.
Hal
ini serupa jika kita perhatikan dalam konteks yang lain dalam beberapa
surat lain dalam Al Quran, seperti dalam surat Al Fiil. Dalam surat
tersebut, sangat jelas dinyatakan, bagaimana Allah melindungi ‘langsung’
Ka’bah dari makar kaum bergajah untuk di hancurkan, dengan mengirimkan
makhluk terbang Ababil. Karena pada saat itu, manusia disekitarnya (kaum
Quraisy) sudah tidak memiliki kekuasaan untuk menghalangi kemungkaran
dari Raja Abrahah, maka Allah sebagaimana ayat-Nya, langsung memberikan
perlindungan dan memberikan adzab kepada Raja Abrahah dan para
tentaranya.
Apabila satu kaum mendustakan aturan Allah, lebih banyak
kemaksiatan yang terjadi, maka tunggulah sampai Allah menurunkan
adzabnya, mengapa demikian, karena fungsi dari saling menasihati di
antara manusia sudah tidak berjalan dengan baik, dan melalui mekanisme
ini, Allah ingin memberikan pelajaran, sekaligus mengganti
manusia-manusia yang ingkar tersebut dengan hamba-hamba-Nya yang lebih
baik.
Adapun Janji Allah bagi penduduk satu negeri
Sedangkan
dalam ayat lain hal yang berhubungan dengan Allah, manusia dan alam
selain dari pada bencana, Allah nyatakan pula melalui ayat ;
“Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya”. (QS : 7 : 96)
Ayat
diatas juga merupakan satu janji Allah dan sebuah kepastian, jika satu
penduduk negeri beriman dan bertakwa maka Allah akan menurunkan berbagai
macam kebaikan baik dari langit dan bumi. Dan mereka yang tertimpa
musibah berupa bencana, ditegaskan pula dalam ayat ini karena perbuatan
mereka sendiri.
Bahwa bencana yang terjadi di Indonesia karena disebabkan keingkaran
mereka sebagaimana kaum terdahulu, tetapi, marilah kita lebih introspeksi diri kita sebagai satu bangsa,
sudahkah kita mewujudkan keimanan kita melalui ketakwaan yang sesuai
dengan apa yang Allah perintahkan, dan juga sesuai dengan tuntunan
Rasulullah saw…?
Sudahkah dari para pemimpin bangsa sampai rakyat jelata menegakkan syariat sesuai dengan petunjuk Allah…?
Sebagaimana ayat ;
“Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya”. (QS : 7 : 96)
Pastilah Allah tidak akan menurunkan berbagai macam bencana yang bersifat adzab, kecuali, bencana yang terjadi di Indonesia adalah ujian bagi bangsa Indonesia yang memang telah sebaik-baiknya beriman dan bertakwa, dan bencana tersebut bertujuan agar Allah melebihkan bangsa ini melalui berbagai macam ujian, termasuk salah satunya adalah bencana alam.